Merawat Luka yang Infeksi

Memang saat luka sudah terinfeksi akan terdapat kesulitan dalam menyembuhkan luka tersebut. Hal ini karena infeksi pada luka menghambat proses pertumbuhan jaringan dan merusak jaringan yang tersisa. Memang luka yang infeksi harus diketahui penyebab infeksinya, sebelum dilakukan perawatan secara tepat.

Infeksi pada luka harus diketahui jenis bakteri atau kuman yang menjadi penyebabnya. Biasanya ini dilakukan dengan melakukan kultur jaringan lewat pemeriksaan laboratorium. Ini dikenal dengan pus swabs, yaitu mengambil jaringan yang terinfeksi untuk dibiakan di laboratorium, agar bisa diketahui jenis bakteri atau kumannya. Setelah jenis bakteri atau kumannya diketahui, baru diberikan oleh dokter obat antibiotika yang tepat, yang akan membasmi bakteri yang menginfeksi di luka tersebut.

Biasanya bila pengobatan antibiotika tidak dilakukan, maka luka infeksi tidak akan sembuh, bahkan bisa menjadi sepsis atau infeksi yang parah. Tanda-tandanya biasanya luka semakin menghitam, tubuh terasa panas atau demam, diikuti gejala sepsis yang bisa mengancam jiwa. Bila ini terjadi penderita harus dirawat di rumah sakit untuk mendapatkan pengobatan yang intensif.

Pengobatan ini diikuti pula dengan perawatan luka yang intensif pula, sehari bisa dilakukan dua kali, tergantung dengan keadaan lukanya. Pada luka yang terbuka memang perlu dibersihkan dengan larutan antiseptik yang cukup kuat, seperti rivanol atau betadin. Juga luka harus dibersihkan dari jaringan yang sudah mati. Biasanya jaringan yang sudah mati ini bisa menginduksi terjadinya infeksi atau menghambat proses penyembuhan luka.

Luka yang sudah dibersihkan juga harus ditutup atau kompres dengan dengan boorwater, namun bila jaringan mulai tumbuh, seperti pada luka terbuka, maka pemberian sufratul sangat disarankan. Perbedaan dalam perawatan luka infeksi memang dengan melihat perkembangan dan kondisi jaringan pada luka. Namun yang jelas luka yang sudah dirawat harus ditutup, dan dijauhkan dari kontaminasi baik oleh debu maupun air.

Balutan pada luka juga janganlah terlalu ketat, agar longgar namun juga cukup menutupi luka yang terbuka tersebut. Bila produksi pus atau nanah sangat sering, memang harus dilakukan perawatan yang lebih intensif, bahkan sehari bisa tiga kali. Perawatan luka juga harus dilakukan secara steril dengan alat-alat, kasa dan larutan yang steril. Tujuannya memang mencegah infeksi lanjutan maupun nosokomial infeksi.

Biasanya bila terjadi nosokomial infeksi akan membuat luka semakin sulit untuk disembuhkan. Kebanyakan perawatan luka yang sembarangan bisa menyebabkan infeksi lanjutan. Juga perlu diperhatikan asupan makanan yang baik selama terjadi infeksi pada luka. Ini untuk membantu tubuh dalam melawan infeksi, sekaligus untuk pertumbuhan jaringan pada luka.

Perawatan luka infeksi juga harus memperhatikan adanya penyebab dari dalam tubuh, seperti adanya penyakit gula darah atau diabetes yang bisa menyulitkan penyebuhan luka. Pada luka infeksi dengan diabetes, penderita harus menstabilkan kadar gula darahnya, agar luka bisa sembuh dengan cepat. Kalau ini tidak dilakukan luka infeksi akan susah sembuhnya dan bisa menjadi gangrene serta bila berlanjut bisa dilakukan amputasi pada jaringan yang nekrosis atau mati.
Next
« Prev Post
Previous
Next Post »
logo
Copyright © 2013. Tips Sehat - All Rights Reserved
-->