Boleh dibilang sulit untuk membedakan makanan beracun atau tidak, kadang saat dilihat makanan tersebut baik-baik saja. Namun saat dikonsumsi bisa bikin sakit perut, mual, muntah bahakan diare. Beberapa orang yang terlambat dalam memeriksakan ke dokter, mengalami kondisi kritis akibat keracunan makanan.
Tentunya kondisi ini tidak bisa dibiarkan, memang makanan beracun bisa terjadi karena memang mengandung racun yang tubuh tak mampu mengatasinya, seperti pada jamur yang beracun, ikan laut yang beracun. Namun ada pula keracunan makanan akibat makanan yang kedaluarsa, makanan yang terinfeksi oleh bakteri maupun virus, tapi ada juga makanan tersebut sebenarnya tidak beracun, karena kurang dijaga kebersihan diri, maksudnya tidak cuci tangan sebelum makan, bisa mengalami keracunan makanan.
Jadi spektrum penyebab keracunan makanan ini bisa begitu luas, maka cara mengatasinya juga bisa berbeda, tergantung dari jenis penyebabnya dan reaksi yang ditimbulkan. Namun secara garis besar pertolongan pertama pada keracunan adalah mengatasi reaksi yang timbul dari keracunan makanan ini, biasanya hal utama adalah diare yang akut. Sehingga potensi terjadi syok hipovolumik sangat besar. Pada kondisi ini penderita harus segera mendapatkan penggantian cairan atau rehidrasi dengan cukup dan segera.
Namun bila keracunannya sistemik seperti makanan sudah masuk ke pembuluh darah, ada kemungkinan kerusakan ginjal dan organ dalam lainnya. Memang sih pertolongan pertama racun harus dikeluarkan dari dalam tubuh, seperti dimuntahkan bila masih di lambung. Namun bila sudah masuk ke peredaran darah, biasanya dokter memberikan antidote, atau semacam cuci darah bila potensinya begitu berbahaya bagi organ dalam.
Memuntahkan sisa makanan yang masih di lambung
Lebih sering keracunan makanan terlambat untuk diketahui, baru memberi reaksi setelah jauh melewati lambung dan diserap di usus halus. Namun bila sebagian besar masih di lambung, maka biasanya harus dimuntahkan, kalau di rumah sakit biasanya dilakukan cuci lambung. Namun bila keracunan ringan di rumah bisa dilakukan dengan minum susu kental. Ini akan menstimulasi lambung untuk memuntahkan isinya.
Pemberian pencahar biasanya tidak dianjurkan, karena hanya akan membuat diarenya menjadi parah. Racun yang sudah diserap di organ pencernaan harus didetok di rumah sakit. Biasanya sudah memberi gejala diare bila racun sudah masuk ke usus halus maupun usus besar. Pada kondisi seperti ini penanganannya akan menjadi lain dan harus dibawa segera ke rumah sakit.
Rehidrasi cairan yang hilang selama diare
Pada keracuanan makanan yang mengakibatkan diare akut, memang bisa mengakibatkan kehilangan cairan tubuh yang akut. Konsekwensinya bisamenjurus ke syok hipovolemik, maka harus dilakukan rehidrasi, atau penggantian cairan yang hilang akibat diare. Biasanya bila di rumah bisa minum oralit, namun bila disertai mual muntah dan sulit untuk masuk lewat jalur oral, ini harus segera dibawa ke rumah sakit untuk segera mendapatkan rehidrasi lewat jalur infuse.
Biasanya saat rehidrasi dilakukan pula analisa jenis racun sekaligus untuk memberikan antidote dari jenis racun tersebut. Pada keracunan makanan umumnya hal yang terpenting adalah menjaga cairan tubuh agar tetap seimbang, berapapun cairan yang hilang lewat diare harus segera diganti. Hal ini dilakukan sampai kondisi penderita membaik atau normal. Keracunan makanan adalah hal serius dan harus segera dibawa ke rumah sakit dengan segera.